Cerita Tante Girang: Maafkan Aku Suamiku

Isi cerita tante girang ini hanyalah rekaan penulis semata tanpa ada maksud lain selain untuk hiburan. Selamat membaca cerita tante girang yang cukup seru ini dan semoga berkenan.


Cerita Tante Girang: Maafkan Aku Suamiku 

Pernikahan ini nyaris sempurna jika kau tak mengotorinya dengan obsesi bodohmu. Pernikahan ini akan begitu indah jika kau tak menggoreskan tinta kelabu didalamnya.

BODOH….BODOH…BODOH….

Entah apa kata yang tepat untuk menggambarkan suasana ini, kehidupan ini dan pernikahan ini. Semua hanya terlihat baik-baik saja dari luar meskipun didalamnya kau membuatnya seperti ini. Entah sejak kapan kau mempunyai obsesi seperti ini, sebenarnya lebih tepatnya untuk menyebutnya sebuah imajinasi atau fantasi. Namun kau telah membuatnya sebagai obsesi. Entah apa yang ada didalam otak kosongmu tersebut, menjadikan semua fantasimu jadi sebuah kenyataan. Segala upaya kau lakukan pada diri ini hanya demi sebuah kepuasan, apapun itu.

Tidak dapat dipungkiri lagi jika diri ini pun menikmati semua yang telah kau inginkan. Sebuah kenyataan yang pada akhirnya membuat fase baru dalam kehidupan kita. Seperti malam ini aku hanya memakai sebuah dress berbahan satin berwarna putih polos tanpa pakaian dalam. Dengan tubuh semampai ini, secara perlahan aku mulai memasuki kamar dengan gaya seerotis mungkin. Dengan menggigit bibir bagian bawah, aku mulai berjalan perlahan menuju tempat kau bersandar. Aku sadar jika yang ada dikamar ini bukanlah suamiku, namun seorang lelaki yang telah aku pilih untuk mewujudkan fantasi suamiku. Seorang lelaki yang memenuhi kriteria demi sebuah fantasi liar suamiku. Iya, fantasi liar dimana aku harus bercinta dengan orang lain yang bukan suamiku sendiri. Dan kau lah lelaki itu, kau adalah lelaki yang sudah beberapa kali ini mewarnai kehidupan seksku. Kau adalah lelaki yang kali pertama membuat aku merasakan bagaimana multi orgasme. Uhh…hanya membayangkan saja sudah membuat vaginaku membasah.

“Hmmmmm….sshhhhhhh….emmmmmm” kuremas perlahan buah dada ini yang sendari tadi sudah terangsang. Walau dress ini berbahan tipis namun sensasinya mampu membuat puting susuku tegak menantang. Gesekan yang ditimbulkan antara kain dan kulitku ini sensasinya sangat luar biasa. Keringatku sudah mulai keluar sehingga terlihat jelas lekuk tubuhku yang seksi.

Aku bisa lihat disana kau tersenyum nakal terhadapku. Sebuah aura kepuasan sudah terlihat jelas dimatamu, dan senyummu itu juga mengisyaratkan sebuah pesan padaku untuk berbuat lebih dari ini. “Kau nakal sekali,” kata-katamu itu seperti kayu bakar yang siap membakar segenap nafsu birahiku ini. “Mbak Olla kau seksi sekali….” katamu lirih. Haruskah aku senang mendapatkan pujian dari lelaki yang bukan suamiku ini. Sebuah perasaan nyata saling bertolak belakang saat ini ada didepan mataku, rasa sangat dihargai dan dicintai dalam kenikmatan surgawi kini menanti didepan mata tetapi semua ini tidak berasal dari suamiku.

“Sssshhhhh…emmmmmpppphhhhhh……ohhhhhhh… .” desaan ini tidak dapat aku tahan ketika kecupanmu mendarat di leher jenjang ini. Kau kecup mesra, kau buat sebuah tanda merah di tempat kau kecup tadi. OHH….kenikmatan itu mulai menjalar merasuki setiap pori-pori di kulitku ini.

“Sllrrrpppp…..ssllrrrrpppp…..” ciumanmu ini yang tidak mungkin lagi aku tolak, aku akui ciumanmu ini memang tiada duanya yang sanggup membuatku terbang jauh dihamparan padang birahi. Hanya dengan ciumanmu pun aku sanggup memperoleh sebuah puncak kenikmatan. Kini lidahmu mulai menjamah puting susuku yang masih berbalut pakaian tipis ini. Hmmm….kenikmatan ini mulai menjalar memenuhi isi kepalaku dan memaksaku untuk mendesahh,” Auchhhh…mmmmhh….ssshhh…..”. Dan jemarimu sudah mulai bergerilnya menyusuri tubuh bagian bawahku, menyusup kedalam area intimku yang kini sudah membasah. Senyummu menandakan sebuah kepuasan, akibat perbuatanmu ini telah membuat celah vaginaku ini lembab. Dengan perlahan jari telunjukmu menggesek lembut kelentitku, pelan dan emmmmmmm……sungguh sangat nikmat.

“Mbak Olla sudah basah….” bisikmu lembut tepat ditelingaku. “Nikmat ya, mbak…” lalu lidahmu pun menjilat sisi luar daun telingaku ini. “Sssrrrllllpppp……” dan kau pun mengulum lembut daun telingaku. Kau memang pandai sekali memanjakan wanita sepertiku ini dengan kenikmatan duniawi. Tubuhku menggigil dilanda gairah, rangsangan yang kau beri sungguh nikmat. Kau sangat paham bagaimana memperlakukanku jika sudah seperti ini. “Sayang…emmmpphhh…..enakkkk….auhhhh…sshhhh h…..” desahku tidak tertahankan ketika kau dengan telaten mempermainkan kedua puting susuku dan dua jarimu sudah menyusup masuk kedalam liang peranakanku. “Sayangg……oohhhhhhh…….akuuu….ke–luarrrrrrrr”, hanya dengan permainan lembutmu di area paling sensitifku saja aku sudah mampu menikmati puncak orgasme. Sungguh kenikmatan yang sayang sekali untuk dilewatkan.

Dengan nafasku yang masih memburu, kulihat kau menjilati ujung jemarimu yang basah kena cairan cintaku. Uhhh…sungguh menggemaskan, mungkin kalian wanita bisa merasakan sensasinya sendiri bagaimana melihat partner seks mu melakukan hal seperti itu. Jika aku, merasa sangat dihargai dan sungguh romantis. “Sekarang giliranku mass….” kataku lirih sambil tersenyum nakal. Aku pun mulai merangkak mendekat padamu, pelan dan perlahan ku lakukan gerakan seerotis mungkin. Ku kecup lembut ujung jari kakimu, ku kulum sambil melirik kearahmu. Kau memejamkan mata seolah menikmati apa yang aku lakukan, dan aku paham betul bagaimana sensasinya ketika jemari kakiku kau perlakukan sama. Dengan telaten ku mengulum setiap jemari kakimu, sambil sesekali kulirik senyum yang terkembang di wajahmu. Sejenak ku sudahi aktifitasku kemudian kedua tanganku menyusuri betis dan pahamu. Aku pun tersenyum nakal ketika didepanku sudah menjulang batang tinggi kejantananmu. Ku raba pangkalnya kemudian dengan lembut aku mulai menggerakkan tanganku naik turun mengikuti alur kejantananmu itu. Aku paling suka ekspersimu jika sudah begini, itu yang membuatku makin semangat.

“Emmmpppp….sssshhhhh….” desahmu tertahan ketika aku mulai menjilat pangkal kejantananmu. “Srrlllppp…..sssrrrllllpppp….ssrrlllppp… ..” aku pun mulai mengulum batang kejantananmu itu. Keras dan tegak menantang itulah yang aku sukai dengan senjata kebangganmu tersebut, walaupun ukurannya tidak terlalu besar sudah cukup membuatku merem melek dibuatnya. Sesekali mataku ini melirikmu, melihat senyum yang tidak pernah lepas menghiasi wajahmu. Aku pun begitu senang ketika tanganmu mulai meremas lembut kepalaku dan sesekali menyibakkan helaian rambut panjangku ini.

“Crokkk…crokkkk…crookkk….” alunan bunyi yang timbul dari kulumanku membuat semakin erotis. Hmmmm….kenikmatan ini. Cengkraman tanganmu pada kepalaku memaksa untuk sejenak menghentikan aktifitasku ini. Aku tahu apa maksudmu, dengan perlahan tanpa melepas kulumanku, aku mulai menggeser tubuh bagian bawahku ke arahmu dan memposisikan belahan vaginaku tepat di bibirmu. “Emmmpppp…..ssshhhhh……” aku hanya mampu menggigit bibir bawahku saat jilatan lembu lidahmu menyapu bibir vaginaku. Sengatan-sengatan listrik statis mulai menjalar disekujur tubuhku ini. Ohhhh….kenikmatan ini sungguh memabukkan. Aku pun tidak mau kalah ketika lidahmu mulai mempermainkan kelentitku, disaat itu juga kepala penismu sudah memasuki rongga mulutku. Eranganmu pun sudah terdengar pelan disela-sela aktifitasmu. “Auhhh…..” lidahmu mulai memasuki liang vaginaku, mau tidak mau aku pun menghentikan sejenak kulumanku, mataku terpejam meresapi setiap gesekan lidahmu yang menyapu dinding vaginaku. Terlebih lagi telunjukmu pun tidak mau ketinggalan dengan mempermainkan kelentitku. Kenikmatan ini semakin memuncak, dan jauh lebih nikmat dari yang tadi, kuremas pelan sambil ku kocok pelan kejantannanmu, ku kecup dan kukulum.

Mataku pun terpejam menikmati puncak yang baru saja menjalar hingga membuatku bergetar, ” A-aku keluarrrrr…….emmpphh….sshhhhhhh…….s-sayang…..”. Dan pastinya wajahmu pun basah akan cairan kenikmatanku. Hmmmm….kau sungguh seksi dengan tubuh yang bisa dibilang sedikit tambun basah akan keringat sedangkan wajahmu pun basah akan cairan kenikmatanku. Kini diriku hanya mampu terbaring pasrah, dengan nafas yang masih memburu sedangkan baju yang aku pakai sudah kusut dan basah akan keringatku. Sehingga setiap lekuk tubuhku tampak menggiurkan bagi mata lelaki yang memandang. Puting susuku pun terlihat jelas dibalik dress satin ini. Terlebih lagi dengan warna putih gading, mampu membuat air liur menetes.

Didepanku kau sekarang berdiri dengan tubuh polosmu, mataku tertuju pada batang penismu yang tegak menantang. Kau pun tersenyum miring sembari memandangi tubuh ******* ini. Perlahan langkahmu mulai mendekatiku yang masih terbaring pasrah, kau mulai merangkak mendekatiku. Mataku terpejam saat kecupan bibirmu mendarat di ujung kakiku dan perlahan kecupan maupun lidahmu naik menyusuri setiap jengkal kulit kakiku. Hhmmm…kau membuatku merinding akan kenikmatan. Lidahmu menyusuri area intimku kembali, menyapu setiap belahan vaginaku, kemudian “srruuppp….”, sisa cairanku sudah berpindah membasahi tenggorokanmu. Seakan tidak ada puasnya kau menstimultan pusat rangsang birahiku, setiap titik rangsangku tak luput dari jamahanmu. Disaat kini bibir dan lidahmu menari merangsang belahan vaginaku, pula dengan lembut tanganmu meremas belahan dadaku. Lalu apa yang bisa aku lakukan, selain hanya mendesah dan mencengkram erat kepalamu dan menekan kearah vaginaku. Tidak peduli kau mampu bernafas atau tidak, hanya kenikmatan dan kenikmatan.

“Sudah siap, mbak untuk kenikmatan selanjutnya,” ucapmu sesaat setelah aku meraih puncak kenikmatan ketigaku. Inilah yang membuatku tidak mampu berpaling darimu, kenikmatan ini terlalu sayang untuk ditinggalkan. Bercinta denganmu itu sebuah pengalaman paling indah dan teramat nikmat selama ini, kau mampu membuatku melayang jauh ke langit ketujuh. Perlahan namun pasti kau sudah menempatkan kepala penismu tepat dicelah vaginaku. Kau gesek-gesek sebentar naik dan turun sesekali kepala penismu pun sedikit masuk lalu kau keluarkan kembali. Kau itu pandai banget mengombang-ambingkan nafsu birahiku. Kau masukkan batang penismu separuh lalu kau keluarkan dengan cepat membuat aku makin gemas. Makin terbakar api birahiku, ” Mmmmppphhh….a-ayo ce-cepet masukinnnn…..ohhhhhh……”.

Kuraih kepalamu dan kucium bibirmu dengan ganas, “cruuuppp…..ssrruulllppp….mmmpppp…..”. Ku kaitkan kedua kaki ini agar batang penismu makin masuk memenuhi rongga vaginaku. Ciumanku tidak aku lepaskan saat engkau mulai bergerak naik turun diatas tubuhku yang masih terbalut dress satin ini. Ciuman ini makin dalam, lidah kita saling melilit meluapkan segenap perasaan yang ada. “Augghhhh….sshhhh…. nikmat b-banget, mbakkkk….” desahmu menggema ditelingaku kemudian lidahmu pun menari-nari disekitar itu. Mataku hanya bisa terpejam menikmati setiap gesekan dinding vaginaku dengan batang penismu. Desahku pun tertahan, bukan karena tidak mampu aku lakukan melainkan demi sebuah kenikmatan yang tiada tara. Hmmmm…kenikmatan ini sungguh memabukkan. Dapatkah kau rasakan cengkraman otot vaginaku pada batang penismu itu, pula cairan kenikmatanku yang sendari tadi keluar membasahi penismu itu, dapatkah kau rasakan sensati itu ?

“Ahhh…ahhhh….aahhhhhh……ssshhhhh……. ” kau dengarkan desahku ini, perlu kau ketahui ini sangat-sangat nikmat. “Mmmppphhh….m-mbak Olla….sshhhh….ooohhhhh…..” desahanmu pun tidak jauh beda, aku yakin kamu juga menikmati bagaimana kedutan yang aku buat di otot vaginaku. “I love you, mbakkk……” aku tahu dengan kebersamaan kita selama ini mungkin telah menumbuhkan sebuah benih cinta, kau mengatakan sangat mencintai dihadapanku namun buatku saat ini seluruh cintaku ini hanya untuk suamiku yang kini tengah dirumah menunggu kepulanganku. Dengan perasaan terpaksa aku pun mengatakan, ” I love you too….”. Tanpa terasa air mata ini mengumpul disudut mataku. Harusnya kau tahu apa yang terjadi selama ini diantara kita hanyalah sebatas nafsu belaka. Tapi ada yang aku lupa, bahwa kepuasan dalam bercinta itu pasti didasari oleh rasa sayang. Dan ini yang nanti mungkin akan aku sesali.

Sudahlah aku tidak mau memikirkan hal itu dulu, kenikmatan ini jauh lebih penting untuk saat ini. Kau terus bergerak naik dan turun diatas tubuhku ini, pakaianku pun sudah terkoyak dibagian dada sehingga ranumnya buah dadaku terekspose sempurna. Keringatmu dan ketingatku telah menyatu dalam api birahi yang tengah berkobar. Senyumku tidak bisa lepas dari wajahku ketika dengan penuh nafsu kau membuat cupangan-cupangan yang menghiasi leher dan payudaraku. Ada sensasi tersendiri ketika orang lain melihat tanda merah yang kau tinggalkan ini, terutama mas Aufar suamiku. “Sshhhhh…..auhhhhh….ohhhhhhh….” desahku saat remasan lembut tanganmu pada payudaraku sedangkan dibawah sana kocokan penismu makin intens.

“Uhhh….ohhhh….emmpphhh…ssshhhh…..aaahhhhh. ….” desahku dan desahmu saling bersautan membetuk sebuah alunan merdu pembakar gairah. Ohhh….tidak kenikmatan yang kirasakan ini semakin memuncak, “emmmppp….s-sayang…ak-aku m-mau k-keluarrr…ssshhh……aahhhhhh….lagiiii….”. Ku peluk erat dirimu sambil meresapi detik-detik puncak kenikmatan ini. Kenikmatan untuk kali ketiga di malam ini. Kau semakin memepercepat gerakan, dan penismu seakan semakin dalam sampai ke mulut rahimku. Ini dia, ini dia yang aku tunggu sebuah puncak kenikmatan, “OOHHHHH….SSSHHHHH….A-AKU K-KELUARRRRR……”. Rasakanlah kedutan-kedutan otot vaginaku yang meremas lembut batang penismu, aku tahu aku menikmati semua itu terlihat jelas dari raut wajahmu. “Bentar mas, jangan gerakin dulu, masih ngiluu…..” bisikku pelan. Kau hanya tersenyum kemudian menciumku mesra.

Sekarang giliranku yang akan membuatmu bertekuk lutut, kau sudah memberikan tiga puncak kenikmata padaku. Kau yang terlentang disebelahku dengan nafas terengah-engah. Jika aku perhatikan kau itu kalah jauh dari suamiku soal ketampanan, badanmu sedikit berisi tapi yang membuatmu nilai lebih hanyalan batang penismu. Batang penis yang kalau soal ukuran diatas rata-rata dan juga daya tahannya yang patut diacungi jempol. Aku yang bisa dibilang sulit mencapai multi orgasme, namun jika sudah berhadapan dengan penismu semuanya jadi beda. Tiga sampai empat bahkan pernah sampai lima kali aku dibuat tak berdaya oleh batang penismu itu. Satu hal lagi yang menjadi nilai plus darimu adalah ciumanmu. Bahkan hanya dengan ciumanmu saja aku sudah mampu orgasme. Bahkan aku rela mencarimu jika suamiku tidak mampu memusakanku diranjang.

Aku jilat daun telingamu, seraya berkata,” Nikmati semuanya sayang….”. Dan kau pun tersenyum sambil memalingkan wajahmu berhadapan dengan wajahku kemudian menciumku. “Ssrruulllpp…..ssrrllppp…..esss….emmmmm. …” tanganku menyusuri dadamu berlanjut ke perutmu kemudian meremas lembut batang penismu yang masih tegak menantang. “Hmmm….aku suka penismu ini masss…..besar lagi kerass……” ucapku sambil mengocok pelan penismu itu. Kau mencium bibirku lagi, ” Aku juga suka ini mu….” balasmu sembil tanganmu meremas lembut gundukan payudaraku dan sesekali memilin puting susu ku itu. Kamu memang paling tahu akan diriku ini yang mudah sekali terangsang bila puting susuku ini dipermainkan ditambah dengan jilatan yang menyusuri daun telinga serta leherku.

Hmmm…sekarang posisiku sudah berada diatas tubuhmu, aku ingin memanjakanmu mulai saat ini bahkan sampai nanti kau akan meminta ampun. Slebbb……batang penismu kembali memasuki rongga vaginaku yang sudah membasah. Kulihat kau memejamkan mata seakan menikmati setiam mili gesekan batang kejantanannu dengan dinding vaginaku. Sengaja aku cengkram kuat-kuat batang penismu menggunakan otot vaginaku. Rasakan bagaimana ganasnya diriku jika sudah diselimuti oleh birahi. Senyum iblisku pun pada akhirnya muncul ketika melihatmu mendesah.

“Gimana mas…enak ndakk…..” ucapku binal.

“Eesssshhhh….emmmpphhh….e-enakkkkk…..bangettt….” mendengar hal itu dari mulutmu aku pun tersenyum puas. Dan aku pun kini meliuk-liuk diatas tubuhmu, bergerak naik dan turun searah dengan batang penismu. Terkadang juga aku menggoyangkan pinggulku untuk membuat sensasi jepitan pada penismu. Sedangkan kedua tanganku tidak henti-hentinya meremas sendiri buah dadaku yang kini telah tergantung bebas. Pakaian yang tadi melekat di tubuhku sudah ku lempar entah kemana, sehingga kau bisa bebas melihat tubuh sintalku. “Emmmppphhhh….sshhhhh…ohhhhhhh….” desahku. Tidak kusangka apa yang aku perbuat untuk membalasmu dengan kenikmatan berlaku juga pada diriku, gesekan didalam vaginaku bertambah nikmat saja. Aku tahu senyummu itu seolah mengejek diriku ini, dan pastinya kau pun tahu juga jika senentar lagi aku mengalami fase orgasme. Bodoh amat dengan apa yang ada didalam otak mesummu itu, yang jelas saat ini aku harus meraih puncak orgasme. Gerakan pinggulku semakin tidak beraturan, kadang cepat namun tidak jarang pula melambat. Namun hanya satu yang tidak berubah yaitu cengkraman otot vaginaku pada batang penismu itu. “Uhhhh…uuuhhhhh…..ooohhhhh……ooohhhhhh….. “, desahku tidak tertahankan lagi. Kenikmatan itu semakin membutakan hatiku, tidak peduli apa yang sedang dipikrkan suamiku dirumah sana. Apapun itu aku sudah tidak mempedulikan lagi, karena pada dasarnya semua ini juga karena keinginan dia. Dan sekarang jika sudah seperti ini, bukan sepenuhnya kesalahanku. “Masss….ayooo…dong….buruannmn…..ahhh…ahh h….ohhhhhh….” pintaku kepadamu. Keinginan sih aku pengen bisa terus berlanjut, namun tubuhku ini sudah lemas.

“Ayoo…dong masss….udah lemesss….oohhhh….enaakkkkkk……terussss….. .” aku hanya bisa merajuk. Bukannya berhenti malah engkau penuh nafsu meremas sekaligus mengulum puting susuku. “Aaahhhhh……t-terussss…….emmmpppp…..enakkkk…” jeritku. Gerakan tubuhku makin tidak teratur, seiring dengan semakin memuncaknya birahi yang ada didalam diriku ini. Persetan lagi dengan pembalasan ku padamu, yang penting saat ini aku ingin melepaskan kembali sebuah kenikmatan tertinggi dalam bercinta. “OHHHHH…..AAHHHHHHHH….” teriakku ketika sebuah puncak kenikmatan tertinggi itu kembali melanda tubuh fana ini. Tubuh ini bergetar seiring dengan pancaran air kenikmatan yang keluar dari celah vaginaku ini.

“Terima kasih mass..,” hanya itu yang mampu aku ucapkan tubuhku ini terasa lemas seolah-olah tidak bertulang lagi. Aku sandarkan tubuhku ini diatas badanmu. Kau kecup mesra keningku ini, hmmm…inilah yang paling aku suka, kau tidak segan memberiku sebuah kecupan maupun ciuman. “Mass…masih lemess….jangan digerakin dulu,” kau gerakkan secara perlahan batang penismu itu yang masih didalam tubuhku ini. Ngilu, itulah yang aku rasakan saat ini, disaat kenikmatan masih menyelimuti bagian intimku setelah orgasme disaat bersamaan dipaksa dirangsang kembali.

“Aku…juga mau keluar, mbak….” aku hanya terseyum kemudian bangkit dari atas tubuhnya. Ploopp…batang penismu pada akhirnya keluar dari tubuhku ini. Kucium kembali bibirmu untuk yang kesekian kalinya sambil berkata,” Buahi aku sekarang mass….buahi aku….” kataku sambil tersenyum. Haha…aku ingin tertawa saja ketika melihatmu denga ekspresi seolah-olah tidak percaya. Memang selama ini aku selalu memintamu mengeluarkan cairan kehidupanmu itu diluar, namun lebih seringnya didalam mulutku. Aku sangat suka dengan rasa spermamu itu, manis.

“Buahi aku sekarang mass…..please,” ucapku kembali sambil berbaring dihadapanmu. Aku tarik tanganmu karena kau masih diam tak percaya.

“Kau serius dengan apa yang kau katakan mbak,” aku hanya mengangguk pasti. Sudah aku pikirkan jauh-jauh hari akan hal ini, jadi aku sudah benar-benar yakin atas keputusanku ini. Dan aku harus jujur kenikmatan yang sanggup kau berikanlah yang mendasari keputusan ini. Meskipun dengan keputusanku ini akan berdampak buruk pada keutuhan keluargaku. Aku sudah memantabkan diri, jika mulai sekarang aku akan suka reka menjadi budak nafsumu.

Aku pandangi kedua matamu, aku ingin memperlihatkan kejujuran akan omonganku tadi, aku ingin kamu bisa melihatnya dari mataku ini. “Buahi aku sekarang masss…buahi aku, isi rahimku ini dengan benih cintamu….buahi aku mass…,” lalu kukecup bibirmu kembali, “Mulai sekarang buang isi penismu ini didalam rahimku, buahi aku terus mass,” ucapku sembari kuremas pelan buah pelirmu. Dan kau masih tidak percaya dengan semua omonganku ini, aku bisa melihat jelas dimatamu.

“Aku ingin jadi budak nafsumu mass….BUAHI AKU SEKARANG ! ,” kuarahkan batang penismu kembali masuk kedalam liang vaginaku.

‘PLAKKKK….PLAKKK…PLAKKKK…..’ kau tampar bokong sintalku ini

“Apa kau bilang, kau ingin jadi budak nafsuku….”
“KAU INGIN JADI BUDAKKU…..” aku hanya mengangguk pasrah, namun senyum binalku tak lepas dari raut wajahku ini.

“Jawab….lonte sialan…JAWAB….”

“Iya mass….iyaaa….aku…oohhh…..emmpp…mau j-jadi budak muu…..ohhhh….enakkk….”

“Panggil aku tuan….sshhhhh…..emmpppp…..”

‘PLAKKK…..’ sebuah tamparan lagi hingga membekas kemerahan di bokongku ini.

“Ohhhh….sshhhhh…..i-iya t-tuan….ahhhh…..e-enakkk….mulain sekarang…aku b-budak nafsumu…..”, goyanganmu semakin liar saja, hingga terkadang penismu pun sampai keluar dari vaginaku.

“Iya…gitu t-tuan….ooohhhh…enakk….t-tuan….”

Kau cium kembali bibirku ini entang yang keberapa kali, mungkin juga sudah ratusan kali kemudian kau pun berkata,” Mbakk,…aku….oohhh….mau keluarrrr…..”

“Keluarkan didalam mas….ohhhh…aku juga mau keluar…..aaahhhhhh…..”

“Kita sama-sama mbak keluarnya….ooohhhhhh…..”

“I-iya masss….ohhhhh….buahi aku masss….buahi akuuu…….aaahhhhh….”

“OOOOHHHH….AAAAHHHHHHHH………K-KELUAR……..” kata kami bersamaan. Aku peluk erat tubuhmu sedangkan dirimu menekan dalam-dalam batang kejantananmu di vaginaku. Dapat aku rasakan bagaimana hangatnya semprotan spermamu yang membasahi mulut rahimku. Kau pun mendongak keatas hingga aku bisa melihat putih matamu, kau keluarkan segenap tenaga guna memuntahkan sekencang mungkin benih-benih kehidupan ke dalam rahimku.


~ Cerita Tante Girang ~

Fabiolla ramlan, atau lebih banyak dikenal Olla ramlan artis cantik janda beranak satu. Keseksian juga kesensualitasnya sudah diakui oleh publik terutama para lelaki. Dengan tubuh semampai dan ukuran dada yang proporsional membuat janda beranak satu buah dari pernikahannya dengan Alex tian pastilah banyak lelaki yang mengidolakannya. Salah satu diantaranya adalah sang suami keduanya M. Aufar Hutapea seorang pengusaha muda. Dengan wajah tampannya pria tersebut sangatlah serasi jika bersanding dengan sang artis. Banyak pasang mata yang melihat jika pernikahan keduanya adalah sebuah kebahagiaan terlebih lagi setelah kehadiran buah cinta mereka. Namun tidak bagi Olla ramlan sendiri, penikahannya kali ini tidak jauh beda dengan pernikahannya dulu. Pernikahan yang digadangnya bisa lebih baik, namun tak sesuai harapannya. Memang diawal pernikahan mereka, Olla merasakan kebahagiaan. Suami yang perhatian pada dirinya dan juga anak dari pernikahan sebelumnya. Olla sangat beruntung mendapatkan Aufar, seperti itulah diawal pernikahannya, namun setelah kelahiran putri mereka semuanya mulai berubah.

Hingga suatu malam,

“I love you, sayang ,” sebuah kecupan manis mendarat di pipi Olla. Sebuah lecupan romantis pengentar mereka tidur. ” I love you, too ,” balas Olla kepada Aufar dengan senyum manisnya. Dan malam pun beranjak semakin larut namun kedua insan suami istri tersebut mash terjaga. Keduanya saling bertelanjang diatas ranjang yang terlihat sudah porak-poranda. Samar-samar masih terlihat sang istri tengah bergoyang naik dan turun diatas tubuh suaminya. Meskipun pelan namun sangat terlihat jelas diraut wajah sang istri jika semua yang dilakukannya sangat nikmat. “Umm…aaahhhhh….aaahhhhhh….mmmpphhhhh…. ” begitulah lengkuhan nikmat yang keluar dari bibir seksi Olla sang istri.

Aufar sang suami dengan telaten merangsang titik rangsang yang ada di belahan dada istrinya. Diremas lembut bongkahan dada yang menggantung itu, sangat lembut remasan tersebut hingga istrinya hanya mampu mendesah sembari menggigit bibir bawahnya. Senyum kepuasan tak lepas dari wajah tampan Aufar, “Hmmm…ssshhhh….ahhhhh…..nikmat sayang…”. Mendengar lengkuhan nikmat Aufar, Olla semakin semangat menggerakkan tubuhnya bahkan semakin liar saja. Hal ini pun tak terlepas karena dirinya juga merasakan kenikmatannya semakin memuncak. Saraf-saraf birahinya semakin sensitif terlebih yang berada di liang vaginanya. Setiap gesekan kelamin mereka semakin terasa nikmat bagi Olla.

Lengkuhan demi lengkuhan mereka perdengarkan seakan bagai musik pengiring tidur. Dan semua desahan itu pun berkesudahan ketika mereka sama-sama meraih puncak kenikmatan hampir berbarengan. Helaan nafas Olla yang masih terengah-engah diatas badan Aufar, berpadu dengan belaian lembut dirambutnya. Kelihatan sangat romantis. Dengan perlahan Olla pun turun dari badan suaminya tersebut kemudian rebahan disampingnya. Terlihat jelas dari atas bagaimana tubuh sintal Olla yang tanpa sehelai benang menempel. Buah dadanya yang masih terlihat kencang juga tubuhnya yang seksi terekspose jelas. Meskipun di usia yang tak lagi muda, namun Olla mampu menjaga tubuhnya seperti ini. Seksi dan menggiurkan.

Kemudian dikecupnya kening istrinya tersebut sambil membelai mahkota kepala Olla, dan berkata,”Hmm…sayang sebenarnya ada sesuatu hal yang ingin aku sampaikan padamu, namun….,” Aufar masih ragu untuk meneruskan perkataannya tersebut.

“Namun apa mas ?” telisik Olla penuh pertanyaan.

Secara perlahan Aufar menjelaskan apa yang kini menjadi pikirannya. Dari A sampai Z, dia mencoba mengatur kata-kata yang pas tanpa menyinggung persaan sang istri. Memang jika dipikir sesuai logika memang tidak mungkin, secara moral pun tidak. Semua ini masih sebatas fantasi Aufar. Masih sebatas fantasi.

“Kau gila apa mass ! ” seru Olla.

“Apa yang ada didalam otakmu itu, dan apa maksud semua ini mas. Apa maksudnya coba aku harus tidur dengan orang lain. Apa yang ada di otakmu itu, HAH !,” Olla pun meradang setelah mendengar omongan sang suami.

“Tapi sayang….”

“Pokoknya, gak mau mass…! ” ujar Olla tegas.

Setelah itu, Olla pun meninggalkan suaminya yang masih berbaring sendiri di ranjang mereka. Hanya berbalut kimono Olla beranjak menuju taman belakang rumah. Udara masih terasa dingin menusuk tulang, dan kimono berbahan satin tersebut tidak mampu melindungi Olla dari dinginnya suasana. Duduk bersandar di gazebo tersebut, Olla menangis menuangkan segenap perasaan yang ada didalam dada. Tidak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran Aufar suaminya yang dengan santai dan gamblang ngomong seperti itu. Meskipun ini hanya sebuah fantasi seks, namun berbeda yang dirasakan oleh Olla. Dahulu dia bertekad mengakhiri hubungan pernikahannya dengan Alex tian karena hubungan seperti ini.

Masih lekat dalam ingatannya bagaimana pernikaannya terdahulu harus dinodai oleh sebuah perselingkuhan. Sakitnya penghianatan masih terasa sampai kini bahkan sebelum memutuskan menikah lagi pun dia harus benar-benar menyakinkan dirinya sendiri. Namun sekarang apa, suaminya sendiri malah meminta dirinya untuk berselingkuh. Tanpa terasa air mata pun menetes membasahi pipinya. Cahaya rembulan yang redup-redup bersinar pun tidak mampu menjadi penenang hatinya. Aufar tidak kalah gundahnya melihat sang istri dari balkon kamarnya, dia pun hanya tersenyum kecut. Namun tekadnya sudah membulat untuk mewujudkan fantasinya tersebut, entah nanti bagaimana caranya.

Pagi harinya Aufar mendapati dia tidur sendiri di ranjang mereka, itu berarti Olla istrinya belum kembali dari semalam. Pagi yang terasa janggal, karena biasanya tiap pagi dirinya bangun disambut oleh ciuman mesra dari sang istri. “Mungkin dia masih marah kerana semalam,” seperti itu lah yang dipikirkan Aufar. Dia tidak mau berburuk sangka terlebih dahulu kepada Olla, meskipun semua ini berawal dari dirinya.

“Hufftt…” Aufar mendesah pelan. Kemudian dia pun beranjak keluar dari kamar hanya menggunakan celana ‘boxer’, setelah sebelum nya dia melihat taman belakang rumah dari balkon kamarnya hanya sekedar memastikan istrinya tidak terjaga semalaman disana. Memasuki dapur, dia melihat Olla sedang memasak dan masih memakai pakaina yang semalam, kimono berbahan satin. Jadi terlihat jelas bagaimana seluet tubuh istrinya, pinggang yang ramping dan sepasang kaki yang jenjang juga sepasang buah dada yang terlihat menggiurkan.

Dipeluknya dari belakang tubuh Olla sembari berkata,” Pagi sayang…,” dan sebuah ciuman mendarat di pipi sang istri. Namun Olla diam saja tidak terlalu menanggapi yingkah sang suami. Jujur dia masih kesal dengan suaminya semalam. “Kok masih cemberut sayang ? ” tangan Aufar pun bergerak mengusapi belahan dada sang istri. Dan Olla masih diam sambil bergerak mengelak dari perlakuan suaminya.

“Bentar dulu mass….lagi repot nih, buruan mandi trus berangkat kerja,” Aufar masih mendengar dengan jelas kemarahan istrinya. Perkataan ketus Olla itu, mampu menggulung senyum dari wajahnya pula dengan panisnya yang dari tadi menegang. Bodoh amat, Aufar pun bergegas meninggalkan Olla dengan perasaan ‘dongkol’ nya. Baru sekali ini Olla menolaknya, baru pagi ini Aufar lalui tanpa api birahi padahal biasanya sesi pagi hari dilalui dengan pelepasan sel pemberi kehidupan dirahim istrinya tersebut.

Dengan muka ditekuk, Aufar memulai sarapannya bersama anak dan istrinya. Namun yang berbeda dihari ini belum ada komunikasi antara dia dan Olla, hanya sebatas basa-basi saja dihadapan buah hatinya. Begitu pula halnya dengan Olla yang masih enggan berbicara dengan suaminya, dia masih bergelut dengan pemikirannya sendiri, hati dan pikirannya masih menolak ajakan suaminya semalam.

Hari pun berganti hari dan minggu serta bulan pun sudah ikut berganti, namun komunikasi keduanya belum berubah banyak. Olla masih sebatas menjalankan tugasnya sebagai istri yang senantiasa melayani kebutuhan suaminya. Masing-masing masih dalam pendiriannya. Hingga suatu ketika ditengah malam, Olla masih terjaga padahal waktu sudah melewati tengah malam sedangkan Aufar belum kunjung pulang. Olla tersenyum getir memikirkan tingkah laku suaminya yang kini kerap pulang larut malam bahkan tidak jarang tidak pulang. Pernah juga Aufar pulang dengan kondisi mabuk dan sekujur tubuhnya penuh dengan cupangan-cupangan.

“Haruskah aku mengalah,” ucap Olla lirih. Haruskah dia mengalah dengan egonya sendiri dan mencoba meluluskan keinginan sang suami. Meskipun dengan tegas hatinya menilak namun keutuhan rumah tangganya menjadi hal yang dipertimbangkannya. Haruskah pernikahan yang dilaluinya sekarang akan kandas begitu saja. Akankah dia menyandang status janda kembali. Antara ego dan kenyataan manakah yang harus Olla pilih. Tidak beberapa lama Aufar pulang dengan keadaan kusut, seperti ada tekanan yang sedang dihadapinya. Hati Olla secara tidak langsung pun miris melihat orang yang dicintainya seperti itu. Dengan penuh ragu Olla berkata,” Ada apa mas, kau kelihatan kusut banget “.

“Tidak ada apa-apa, tidak perlu aku kuatirkan juga,” jawab Aufar datar, namun Olla dangat yakin jika duaminya tersebut sedang berbohong.

“Mas, ada yang ingin aku bicarakan,” kata Olla penuh ragu, dan Aufar hanya memandanginya datar. Olla pun menghela nafas panjang,” Ini tentang omonganmu dulu mas, tentang fantasimu, semua telah aku pikirkan dan mungkin aku mau mencobanya mas, asalkan….” sengaja Olla tidak meneruskan kata-katanya setelah melihat ekspresi kaget suaminya.

“Kau tidak bercanda kan, ” ucap Aufar kelihatan malas.

“Iya mas…aku pengen mencobanya,” ujar Olla.

Seketika itu raut wajah Aufar sumringah, akhirnya dia mewujudkan fantasinya, sebuah fantasi yang mungkin menurut sebagian orang ‘nyleneh’. Selanjutnya dia memeluk sang istri Olla lalu mengecup lembut bibirnya. Ciuman itu semakin dalam dan panas, maklum lah sudah benerpa hari ini dia tidak mendapatkan ‘jatah’ biogis dari Olla. Dan sekarangkah pembalasan dendamnya, Aufar ingin membuat Olla meminta ampun karena nikmat. Aura birahi mendafak memenuhi kamar tersebut yang hampir beberapa bulan terakhir ini tidak lagi. Aufar mulai menciummi wajah Olla mulai dari bibir, kening dan hampir seluruh eajahnya tidak luput dari ciumannya. Dipenganginya kepala samg istri dengan kedua tangan kemudian mendekatkan bibir dan berciuman kembali, namun saat ini ciuman tersebut semakin menggelora. Olla pun tidak mau kalah, kedua tangannya dikaitkan ke belakang tubuh sang suami dan menikmati setiap ciuman Aufar dengan mata terpejam. Hmmm…dahaga ini akhirnya terpuaskan.

Tidak butuh waktu yang lama keduanya kini sudah bertelanjang, tiada sehelai benang pun melekat di tubuh mereka. Keduanya saling merangsang satu sama lain, saling memberi kenikmatan duniawi. Mulai dari kecupan, cupangan, kuluman bahkan remasan-remasan lembut semua mereka berikan satu sama lain. Lengkuhan demi lengkuhan mulai mewarnai seisi kamar itu. Desahan Olla maupun Aufar saling bersahutan. Sungguh permainan yang romantis, boleh dibilang seperti itu. Mereka melakukannya tanpa terburu-buru, setiap rangsangan mereka nikmati bersama.

“Auhh….oohhhhh……” desah Olla ketika batang penis suaminya menghujam lembut di belahan vaginanya. Secara perlahan namun pasti Augar mulai menggerakkan tubuhnya naik dan turun diatas tubuh istrinya. Sedangkan Olla hanya mampu pasrah sembari mengaitkan kedua tangannya di leher Aufar. Sesekali Olla memeluk erat Aufar, karena kenikmatan itu semakin bertambah nikmat. Pergumulan dua anak manusia itu berkesudahan ketika matahari mulai mengintip di ufuk timur. Sudah tidak terhitung lagi bagaimana Olla menjerit merasakan kenikmatan saat orgasme. Yang jelas pagi itu keduanya terlelap sambil berpelukan.

“Inilah kenapa aku menjatuhkan pilihanku padamu mas. Menurutku kau lah pilihan yang tepat untuk memenuhi fantasi liar suamiku. Semua sudah aku perhitungkan secara matang, bahkan sampai golongan darahmu pun sama dengan suamiku. Jadi kiranya kau lah yang terbaik buat ku,” jelasku pada pria yang kini duduk didepanku. Pria yang jadi pilihanku setelah hampir sebulan aku mengamatinya. Hampir semua kriteria yang diberikan oleh suamiku ada didalam pria ini.

Seorang pria lajang yang berusia cukup matang, dengan wajah yang lumayan telah menarik perhatianku. Aku menemukan pria tersebut secara tidak sengaja, ketika aku sedang suntuk dan sedang berada di pinggir pantai. Saat itu suasana hampir gelap ketika tak sengaja aku memperhatikannya sedang bekerja. Awalnya sih aku tidak terlalu memikirkannya, namun ada hal yang membuatku tidak mampu mengalihkan perhatianku padanya. Bukan hal yang wow, bukan pula hal yang patut dibanggakan, dia hanya sekedar membantu orang tua renta menyeberang jalan. Hanya hal sepele seperti itu, namun sangatlah berkesan dihatiku waktu itu. Setelah itu aku mulai rutin mengunjungi pantai hanya sekedar melihatnya, diam-diam aku menaruh simpati padanya. Dari sinilah aku mulai menyelidiki semua tentang dia, dan aku yakin dia lah calon yang cocok buat partnerku. Meskipun dia berasal dari golongan bawah namun tidak membuatku menyurutkan niatku untuk memilih dia. Dan ketika aku memberitahu mas Aufar tentang dia, terlihat jelas antusias suamiku itu. Mas Aufar kelihatan sudah tidak sabar untuk segera mewujudkan fantasinya tersebut.

“Tapi mbak, apa mbak yakin dengan semua ini ? Semua ini bukan hal gampang lho mbak, apalagi dengan status mbak, dan bagaimana dengan suami mbak sendiri…” ini orang bego apa bodoh sih, kan sudah aku jelaskan tadi jika semua ini permintaan suamiku sendiri. Dia cukup berakting didepan kamera yang memang sudah dipersiapkan. Memang ini salah satu syarat yang aku ajukan kepada suamiku, jika aku tidak mau ditonton langsung olehnya. Awalnya sih suamiku menolak akan hal itu namun pada akhirnya menyetujuinya juga.

Jujur aja nih aku kau buat emosi, masa dijelasin panjang lebar seperti itu belum mudeng juga. Harus pake bahasa apa lagi sih harusnya aku biar kamu paham. Sudah aku jelasin dari awal jika semua ini hanya untuk memenuhi fantasi seks suamiku saja, jadi jangan ada ikatan apa pun diantara kita kelak. Jangan sampai muncul rasa apapun diantara kita, terutama dari dirimu. Karena aku pun tidak menampik kemungkinan jika sebuah hubungan badan pastilah akan menimbulkan rasa nyaman. Terlebih nantinya hubungan ini tidak mungkin untuk sekali saja, maka dari itu dari awal aku sudah membatasinya untuk seperti itu.

Aku akui pria didepanku ini mempunyai ‘sexappeal’ yang kuat, bahkan jujur saja hanya memandangi wajahnya saja bisa membuar merinding rambut ditubuhku ini. Aku perhatikan bagaimana perubahan mimik wajahnya ketika dia membaca secarik kertas perjanjian yang sebelumnya sudah aku buat. Senyum diwajahku ini senantiasa menempel saat melihat perubahan mimik wajahnya yang kuanggap lucu.

“Ya mbak, saya sudah paham dengan semua ini. Semua syarat yang mbak ajukan saya sanggupi semua. Dan kapan kita bisa memulainya,” aku dibuat terbelalak oleh omongannya barusan. Sikapnya yang bisa berubah setiap saat masih menjadi misteri bagiku kini. Belum lama aku melihat ekspresi wajahnya yang terlihat bingung namun sekarang wajah tenang penuh wibawa ditunjukkannya padaku. Sejanak aku dibuat terkesima oleh sikapnya itu, senyum itu bikin ‘BRRRR…’ aja.

“Sekarang juga boleh…” ucapku mantab.

Hari sudah beranjak petang ketika aku menjejakkan kakiku memasuki rumah, di ruang tamu mas Aufar suamiku telah menungguku dengan penuh was-was. Aku paham apa yang sedang dia tunggu saat ini, bukan aku yang pulang dengan wajah letih seperti ini namun sebuah handycam yang masih tersimpan didalam tas yang ku kenakan. “Aku mandi dulu mas,” ucapku setelah menyerahkan handycam ke tangan mas Aufar, aku pun beranjak naik kekamar. Aku ingin berendam air hangat untuk sekedar merelaksasi otot-otot ditubuhku ini. Dikamar mandi aku melucuti semua pakaian yang melekat ditubuhku ini. Ku lihati sendiri tubuh polosku dari cermin yang memang dipasang disitu, cermin seukuran badan sehingga aku bisa melihat tubuhku jelas dari kepala sampai kaki.

Aku hanya mampu mengulum senyumku sendiri ketika melihat sekujur tubuhku ini penuh dengan cupangan, terutama dibagian buah dadaku. Aku patut bangga dengan usahaku untuk menjaga agar tubuhku ini kelihatan kencang juga seksi. Aku bergerak menyamping guna melihat bokongku yang tampak kemeraha karena tamparan pria itu.

“Sshhh….emmmppp….” ku remas pelan buah dadaku ini, masih terasa dengan jelas bagaimana bagian tubuhku ini. Aku masih ingat betul bagaimana kenikmatan yang aku raih beberapa jam yang lalu. Kenikmatan yang bisa dibilang jauh lebih nikmat dari yang aku dapat dari suamiku. Aku raba sekujur tubuhku, aku raba setiap bagian tubuhku yang tadi dijamah oleh pria itu, mulai dari ujung rambut sampai ujung kakiku. Bahkan liang vaginaku masih tampak membengkak karena sodokan batang penis yang lebih besar dari suamiku. Dan pastinya lebih nikmat, aku tidak menyangka akan seperti ini. Sebuah kepuasan tertinggi telah aku rasakan tadi, dan aku pun tidak menyangka akan senikmat ini. Bahkan kenikmatan itu sampai sekarang masih terasa. Mataku terpejam meresapi kembali kenikmatan yang telah diberikan oleh pria itu.

Setelah mandi aku pun segera menghampiri suamiku yang masih duduk termenung, namun sekarang tidak diruang tamu melainkan duduk disisi ranjang kami. Tatapannya menerawang kosong, seolah ada sesuatu yang sedang dia pikirkan. Cukup lama dia tidak menyadari jika aku sudah berdiri di dekatnya, sampai aku memanggilnya, ” mas….”.

Tatapan matanya tampak begitu sendu, bukan tatapan itu bukan karena sebuah beban berat namun seperti tatapan orang yang sedang ‘shock’. Tidak beberapa lama setelah dia memandangiku dengan tatapan kosong, tiba-tiba raut muka bahagia menghiasi wajahnya. Sebuah senyum lebar merekah menghiasi wajahnya itu, sungguh ini aku dibuat bingung olehnya.

“Kau kenapa mas ?”

Bukannya menjawab, mas Aufar langsung menarikku kedalam pelukannya. Dikecup mesra keningku kemudian dia pun berbisik lirih, ” Terima kasih sayang, aku tak menyangka kau mampu mewujudkan fantasiku “. Kemudian bibir kami beradu dan pelukannya semakin erat.

“Kau bahagia mas,” bukannya menjawab, mas Aufar hanya mengangguk mantab.

“Tidak kah kau tahu mas jika didalam hati ini sangat terluka. Demi cintaku padamu dan keutuhan keluargaku ini aku rela melakuakn ini semua. Aku hanya mampu berharap kau cepat sadar mas jika semua ini salah. Aku hanya manusia biasa mas, aku tidak mampu menjamin kesetiaanku padamu setelah ini. Terlebih lagi kenikmatan yang tadi sempat membutakan hatiku,” kataku dalam hati.

“Sayang….emmm…..” aku paham dengan senyum mesum yang ku tunjukkan ini mas.

“Mas…aku masih capek…” tolakku halus.

Namun penolakankau pun terasa sia-sia karena suamiku ini telah menanggalkan kimono yang masih aku pakai selepas mandi. Bersamaan dengan itu mas Aufar mencium bibirku dan meremas lembut puting susuku. Aku memang tidak bisa menolak jika puting susuku ini dirangsang, inilah titik lemah rangsanganku.

“Aaahhh…emmmppphhhh….maaassss……” ku remas pelan rambutnya ketika puting susuku dikulumnya pula dengan jemarinya yang telah mengusap pelan kelentitku.

“S-sudah mass…a-aku sudah gak kuat lagi….ahhhhhh…….sshhhhhh…..” desahku tertahan.

“Ssrruulllpppp….sssrrllluuuoppp…..sssrrrlllppp pp…..”

“Aahhh…ahhhh….eemmpphhh…sshhhhh….aaahhhhhh hhh…..”

“Maasss….ohhhh….a-aku ke-keluarrrrrr…….OOHHHHH ! “

Mas Aufar pun menyudahi permainan lidahnya pada celah vaginaku. Dengan wajah yang belepotan cairan cintaku mas Aufar kemudian mencium bibirku ini. Hmmm…ciuman ini ciuman yang dibakar api cemburu, aku bisa merasakan hal itu. Ciuman ini bukanlah seperti ciumanmu yang biasanya mas saat kita bercinta, aku bisa lihat api cemburu itu dari sorot matamu saat menciumku. Kau pun memberiku banyak cupangan di sekitar leher dan dadaku saat kau melihat cupangan-cupangan yang dia berikan.

Aku yang sebenarnya sudah merasa letih begitu tertantang saat kau bisikan kepadaku betapa kau cemburu setelah melihat video antara aku dan dirinya. Ku balas ciumanmu yang tidak kalah liarnya, kemudian ku balas juga cupangan yang kini telah membekas di lehermu. Batang penismu yang sendari tadi keras menegang kini ku arahkan memasuki tubuhku.

“Sekaranglah saat bagimu mas untuk menumpahkan segenap rasa yang kau pendam kepadaku, nikmatilah tubuhku ini setelah dinikmati orang lain. Kecap semua madu kenikmatanku yang masih tersisa ini mas, rasakan ayo mas rasakan, oohhhhh…….”.

“Kau memang nakal istriku sayang….eemmpppp……sungguh nakal…..” kata mas Aufar.

Kenikmatan yang masih bisa aku rasakan setelah persetubuhan hebat siang tadi, kini bertambah dengan kenikmatan yang diberikan oleh suamiku. Yah, walaupun kenikmatan yang pria itu lebih nikmat bahkan aku sanggup berteriak karena nikmatnya, namun bagaimanapun juga aku harus tetap menghargai suamiku ini.

“Ooohhhh….e-enak sayang….emmmpppp……aaahhhhh…..” desah suamiku yang kubalas dengan senyum kecutku.

Suamiku kian liar saja untuk meraih puncak kenikmatannya sendiri, sedangkan aku sudah cukup bagiku. Mungkin karena aku sudah teramat letih, pula karena dibawah sana di liang vaginaku lesakan penis mas Aufar tidak terlalu berasa.

“Sayang, oohhh……a-aku mau k-keluarrr…..aaahhhhhhh…..”

“Aku j-juga mass…..aaahhhhhh…….” ujarku bohong.

“Maaf, mas aku harus melakukan kebohongan ini, ” batinku.

Mas Aufar pun langsung terlelap tidur sesaat setelah melepaskan hajatnya. Sedangkan aku masih terjaga meskipun badan ini sudah terasa letih. Ada hal yang mengganjal dalam pikiranku, semua ini tentang persetubuhanku dengan pria itu. Ku raih handycam yang berada di nakas tidak jauh dari tempatku berada. Ku putar kembali video hasil rekamanku tadi siang. Ini bukanlah kejadian keseluruhan melainkan bagian awalnya saja. Aku masih memiliki nurani yang tidak mau nanti kebinalanku tadi siang diketahui oleh suamiku.

Dalam video berdurasi dua puluh menit itu, aku terlihat masih menyisakan sedikit keraguan di mimik wajahku. Walaupun disitu terlihat jelas bagaimana aku mampu menikmati setiap jamahan dan rangsangan yang diberikan olehnya. Rasa itu masih tersimpan di pori-pori kulitku ini, rasa bagaimana dia mampu membawaku ke alam kenikmatan tertinggi. Air mataku menetes membasahi pipiku, karena aku sangat menikmati semua itu dan melanggar janjiku sendiri.

Sebenarnya saat aku melangkah masuk memasuki kamar hotel, aku sudah ragu untuk meneruskan semua ini. Terlebih aku melakukannya tanpa suamiku disini, aku sadari itu keputusan untuk tidak melibatkan suami bisa berakibat fatal.

“Bagaimana kalau kita bat….” belum juga aku menyelesaikan perkataanku, dia sudah menciumku. Ciuman itu sungguh luar biasa hingga mampu membuatku panas dingin. Pula aku dibuat merinding dengan ciumannya itu. Dan niatku untuk membatalkan pupus sudah.

“Ssrrlluuppp….ssrrllluuppp…..ssrrllluuppp….. .”

Aku sudah terbuai lebih dahulu oleh ciumannya, hingga tidak mampu berpikir jernih. Birahiku sudah mulai naik, putingku sudah mengeras dan vaginaku pun mulai lembab. Hatiku yang ‘kekeuh’ ingin membatalkan rencana hari ini pada akhirnya menyerah dihadapan nafsu birahi. Mataku pun terpejam ketika ciumanmu mulai menjalar ke leherku yang jenjang ini.

Tidak butuh waktu yang lama agar seluruh pakaian yang melekat di tubuh ini sirna, begitu pula dengan dirinya. Dan lagi-lagi aku dibuat terkesima oleh ukuran batang penis yang dia miliki, bagaimana nanti jika panis itu masuk ke dalam vaginaku. Uhhh…hanya membayangkan saja aku sudah horny gini. Aku pun sempat dibuat tersipu malu saat dia melihat tubuh polosku, ” Ya ya tubuh ku ini memang menggiurkan tapi tidak sampai berliur gitu juga kelesss….”.

Aku sempat dibuat kaget saat dia berlutut dihadapanku lalu mencium ujung kakiku. Ini kali pertama ada pria yang mau berbuat seperti itu dan aku cukup tersanjung dibuatnya. Aku bisa melihat jelas punggungnya. Dia kemudian memintaku duduk di sisi ranjang, dan dia mulai mencium jemari kakiku. Aku dibuat merinding saat kecupan maupun jilatan mulai menjalar ke betis dan pahaku.

“Oohhhh……..sssshhhhhh……” desahku saat kali pertama bagian intimku dijamah oleh orang lain selain suamiku. Ku pegang kepalanya menahan untuk tidak semakin dalam mengjamah vaginaku, namun apa daya permainan lidahnya mampu membuaiku. Ku gigit bibir bagian bawah dan memjamkan mata, meresapi setiap sapuan lidahnya di organ intimku. Aku dapat merasakan jika vaginaku sudah mulai basah,” Srrlluuuppp….ssrrlluupppp…ssrrllluupp….”. Tubuhku menggigil bagai dialiri listrik bertegangan tinggi.

“Aahhhh….sshhh….oohhhh….eemmppphhhh….. “

“Ssrrlluuuppp….sssrrrlluuuppp….ssrrlluupppp… …..”

“Yaa…..yaaa…..di-disitu…aaahhhh…..enaaakkkkkk……ooohhhhhh… ..”

“I will come….aaahhhh….eemmm….a-aku k-keluarrrrr…….”

“SSSRRRLLLLUUUUUPPPPPPPP……….”

Aku tidak menyangka dengan permainan lidahnya sanggup membuat aku mencapai puncak orgasme.

Aku hanya mampu tersenyum kecut mengingat hal tersebut, siang tadi bagaimana aku fibuat tidak berdaya dihadapan pria itu. Pria yang sungguh perkasa diranjang, suamiku pun kalah jauh jika dibandingkan dia. Hatiku serasa diremas menyadari kenyataan yang tidak seharusnya. Sanggupkah aku memegang teguh janji suciku dengan suamiku dan menjaga keutuhan rumah tangga ini. Entahlah sepertinya aku belum bisa berfikir jernih.

“Maafkan aku mas, jika telah membohongimu,” kataku sambil berlinang air mata, didepanku terpampang jelas video percintaanku dengan pria itu. Sungguh ini adalah keputusan yang sangat berat. Tidak jauh dari tempatku sekarang terlihat jelas bingkai foto berukuran besar, foto tersebut diambil saat putri kecilku Alenna baru berusia 7 bulan. Aku hanya mampu tersenyum miris melihat foto keluarga kami tersebut. Tetapi nasi sudah menjadi bubur, aku tidak bisa kembali ke masa yang lalu, diriku kini sudah berubah. Aku yang sekarang adalah aku yang kini menjadi budak kenikmatan duniawi, dan menganggap nafsu birahiku adalah berhala.

Aku pun beranjak pergi meninggalkan rumah ini dengan segala macam isi dan kenangan. Serta tidak lupa cincin pernikahan yang aku letakkan diatas tulisan tersebut.

Selamat tinggal suamiku…

The End

Tag : Tante Girang, Setengah Baya

Komentar